A.
PERBEDAAN-PERBEDAAN
DARI PEMIKIRAN EASTON DAN ALMOND
Pada bagian ini, kami akan
memisahkan perbedaan-perbedaan antara pemikiran David Easton (1953) dan Gabriel
Almond (1970). Dalam usaha memisahkan perbedaan- perbedaan antara pemikiran
David Easton (1953) dan Gabriel Almond (1970) ini , kami menggunakan tiga
dimensi penting yang tidak boleh lepas dalam usaha mencari perbedaan satu
sistem politik dengan sistem politik lainnya, sekaligus dimensi ini menjadi
landasan kami agar pembedaan kedua jenis pemikiran ini dapat menemui kejelasan.
Adapun ketiga dimensi tersebut adalah: Polity diambil dari
dimensi formal politik, yaitu, struktur dari norma, bagaimana prosedur mengatur
institusi mana yang semestinya ada dalam politik. Kedua Politik,
Politik dari dimensi prosedural lebih mengarah pada proses membuat keputusan,
mengatasi konflik, dan mewujudkan tujuan dan kepentingan. Ketiga policy,
dengan melihat substansi dan cara pemecahan masalah berikut pemenuhan tugas
yang dicapai melalui sistem administratif, menghasilkan keputusan yang mengikat
bagi semua.
Sebelum
kami mencari dan memisahkan perbedaan yang terdapat pada pemikiran kedua
sesepuh ilmu politik ini (Easton dan Almond), kami terlebih dahulu akan menjabarkan pemikiran kedua sesepuh ilmu
politik ini, sebelum kami menjabarkanya kedalam pemikiran kami. Adapun
penjabaran pemikiran kedua sesepuh ilmu politik ini adalah sebagai berikut:
A.
1.
Pemikiran Politik David Easton
Easton
memandang sistem politik sebagai tahapan pembuatan keputusan yang memiliki
batasan (misal, semua sistem politik mempunyai batas yang jelas) dan sangat
luwes (berubah sesuai kebutuhan). Model
sistem politik terdiri dari fungsi input, berupa tuntutan dan dukungan; fungsi
pengolahan (conversion); dan fungsi
output sebagai hasil dari proses sistem politik, lebih jelasnya seperti berikut
ini:
a. Dalam
sistem politik akan terdapat “tuntutan” untuk “output” tertentu (misal:
kebijakan), dan adanya orang atau kelompok mendukung tuntutan tersebut.
b. Tuntutan-tuntutan
dan kelompok akan berkompetisi (“diproses dalam sistem”), memberikan jalan
untuk pengambilan keputusan itu sendiri.
c. Setiap
keputusan yang dibuat (misal: kebijakan tertentu), akan berinteraksi dengan
lingkungannya.
d. Ketika
kebijakan baru berinteraksi dengan lingkungannya, akan menghasilkan tuntutan
baru dan kelompok dalam mendukung atau menolak kebijakan tersebut (“feedback”).
e. Kembali
ke tahap (a).
Dari
pemikiran David Easton diatas, kami sebagai penulis setidaknya dapat mengambil
suatu keputusan bahwa pemikiran David Easton sering diterapkan ke dalam Negara
yang menganut sistem demokrasi.
Sebagai contoh, “demonstrasi yang
dilakukan oleh sekelompok masyarakat dilandasi dengan tuntutan untuk menurunkan
harga BBM. Dari aksi tersebut, hasil
yang diharapkan adalah kebijakan
pemerintah (output) untuk menurunkan harga BBM. Tuntutan yang diajukan
oleh pendemonstrasi tersebut akan diolah sedemikian rupa kedalam suatu sistem. Sistem dalam hal ini adalah
perangkat yang ada di dalam struktur pemerintahan Demokrasi yang secara teratur
berkaitan dengan tuntutan pendemonstrasi tersebut, sehingga membentuk suatu
totalitas yang kuat antara tuntutan dan output
yang realisasikan dengan kebijakan yang dikeluarkan. Kebijakan tersebut
pastinya akan Pro terhadap kelompok
masyarakat yang melakukan demontrasi dengan berbagai pertibangan lainya.
Bisa saja dengan kebijakan menurunkan harga BBM, akan sekaligus melahirkan
kebijakan untuk melarang kelompok
masyarakat mampu membeli BBM yang disupsidi pemerintah. Tentunya hal tersebut
akan menciptakan tuntutan baru yang dikeluarkan oleh kelompok mampu tersebut dengan
berbagai macam pertimbangan untuk menghasilkan output lainya. Begitu
seterusnya, “seperti bumi yang selalu
berputar pada porosnya dan selalu berhasil mendatangkan siang dan malam secara
terus menerus sepanjang masa”.
A.
2.
Pemikiran Gabriel Almond
Almond
(1999) mendefinisikan sistem sebagai suatu obyek, memiliki bagian yang dapat
digerakan, berinteraksi di dalam suatu lingkungan dengan batas tertentu. Sedangkan sistem politik merupakan suatu
kumpulan institusi dan lembaga yang berkecimpung dalam merumuskan dan
melaksanakan tujuan bersama masyarakat ataupun kelompok di dalamnya. Pemerintah atau negara merupakan bagian dari
pembuat kebijakan dalam sistem politik. Pendekatan struktural-fungsional sistem
disusun dari beberapa komponen kunci, termasuk kelompok kepentingan, partai
politik, lembaga eksekutif, legislatif, birokrasi, dan peradilan.
Menurut
Almond, hampir seluruh negara di jaman moderen ini memiliki keenam macam
struktur politik tersebut. Selain struktur, Almond memperlihatkan bahwa sistem
politik terdiri dari berbagai fungsi, seperti sosialisasi politik, rekrutmen,
dan komunikasi. Dalam sistem politik Almond, kedudukan pemerintah sangat vital,
mulai dari membangun dan mengoperasikan sistem pendidikan, menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat, sampai terjun dalam peperangan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, pemerintah
memiliki lembaga-lembaga khusus yang disebut struktur, seperti parlemen,
birokrasi, lembaga administratif, dan pengadilan, yang melakukan fungsi khusus
pula, sehingga pemerintah dapat dengan leluasa merumuskan, melaksanakan, dan
menegakan kebijakan.
Struktur
harus dikaitkan dengan fungsi, sehingga kita dapat memahami bagaimana fungsi
berproses dalam menghasilkan kebijakan dan kinerja. Fungsi proses terdiri dari urutan aktifitas
yang dibutuhkan dalam merumuskan kebijakan dan implementasinya dalam tiap
sistem politik, antara lain: artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan,
pembuatan kebijakan, dan implementasi dan penegakan kebijakan. Proses fungsi perlu dipelajari karena mereka
memainkan peranan dalam mengarahkan pembuatan kebijakan. Sebelum kebijakan dirumuskan, beberapa
individu ataupun kelompok dalam pemerintahan atau masyarakat harus memutuskan
apa yang mereka butuhkan dan harapkan dari politik. Proses politik dimulai ketika
kepentingan tersebut diungkapkan atau diartikulasikan.
A.
3.
Perbedaan Pemikiran Easton dan Almond
Diatas
sudah dijelaskan tentang beberapa dimensi yang perlu digunakan untuk mencari
perbedaan antara pemikiran satu dengan yang lainya. Adapun dimensi tersebut
adalah: Pertama, Polity diambil dari
dimensi formal politik, yaitu, struktur dari norma, bagaimana prosedur mengatur
institusi mana yang semestinya ada dalam politik. Kedua Politik, Politik dari
dimensi prosedural lebih mengarah pada proses membuat keputusan, mengatasi
konflik, dan mewujudkan tujuan dan kepentingan. Ketiga policy, dengan melihat
substansi dan cara pemecahan masalah berikut pemenuhan tugas yang dicapai
melalui sistem administratif, menghasilkan keputusan yang mengikat bagi semua.Lebih
jelasnya, perbedaan pemikiran kedau sesepuh ilmu politik ini akan kami
gambarkan kedalam tabel dibawah ini:
David Easton
|
Gabriel Almond
|
Pemikiran tentang Sistem Politik:
sistem
politik sebagai tahapan pembuatan keputusan yang memiliki batasan (misal,
semua sistem politik mempunyai batas yang jelas) dan sangat luwes (berubah
sesuai kebutuhan). Model sistem
politik terdiri dari fungsi input, berupa tuntutan dan dukungan; fungsi pengolahan
(conversion); dan fungsi output sebagai hasil dari proses sistem politik
|
Pemikiran Tentang Sistem Politik:
sistem
sebagai suatu obyek, memiliki bagian yang dapat digerakan, berinteraksi di
dalam suatu lingkungan dengan batas tertentu.
Sedangkan sistem politik merupakan suatu kumpulan institusi dan
lembaga yang berkecimpung dalam merumuskan dan melaksanakan tujuan bersama
masyarakat ataupun kelompok di dalamnya
|
Dimensi Polity:
.
Tuntutan, Output, Feedback, (Bersifat monoton). Ex: demo, kebijakan yang
lahir dari demo, protes kelompok eksternal demo, dan kembali ke demo
|
Dimensi Polity:
Kelompok
dalam pemerintahan atau masyarakat harus memutuskan apa yang mereka butuhkan
dan harapkan dari politik. Proses politik dimulai ketika kepentingan tersebut
diungkapkan atau diartikulasikan.
|
Dimensi Politik:
Keputusan
Kelompok di proses kedalam sistem politik. Fungsi pengolahan (conversion);
dan fungsi output sebagai hasil dari proses sistem politik
|
Dimensi Politik:
Parlemen, Birokrasi, Lembaga
Administratif, dan Pengadilan
|
Dimensi
Policy:
Setiap keputusan yang dibuat (misal:
kebijakan tertentu), akan berinteraksi dengan lingkungannya. Ketika kebijakan
baru berinteraksi dengan lingkungannya, akan menghasilkan tuntutan baru dan
kelompok dalam mendukung atau menolak kebijakan tersebut (“feedback”).
|
Dimensi Policy:
Artikulasi
kepentingan, agregasi kepentingan, pembuatan kebijakan, dan implementasi dan
penegakan kebijakan
|
(Tabe 1l: Perbedaan Pemikiran Easton
& Almond[1])
Dari
tabel diatas, terlihat jelas perbedaan diantara kedua pemikiran antara Easton
dan Almond. Pemikiran masing-masing memiliki keunikan tersendiri dari tiap-tiap
dimensi yang berbeda. Selanjutnya, kami akan melanjutkan pembahasan ke tahapan
yang menjelaskan perspektif paling kuat yang digunakan Easton dan Almond dalam
sistem politik.
B.
PERSPEKTIF
PALING KUAT ANTARA PEMIKIRAN EASTON DAN ALMOND
B. 1. Perspektif David Easton
Terhadap Sistem Politik
Jika
kita lihat dari gagasan beliau untuk menggeneralisasi ilmu politik, berarti ia
berusaha untuk membentuk senuah gagasan atau simpulan dari suatu kejadian
politik itu sendiri, bisa saja kejadian politik yang terjadi ke dalam
masyarakat yang digeneralisasikan ke dalam suatu gagasan maupun kesimpulan
berpikir. Dalam hal ini dapat kita simpulkan bahwa pemikiran Easton dalam
sistem politik menggunakan strategi normatif (generalisasi yang menyatakan
penilaian), yang nantinya melahirkan sesuatu yang bersifat substantif (
simpulan umum dalam hubungan sebab-akibat). Oleh karena itu, perspektif David
Easton terhadap sistem politik tidak lepas dari diperlukanya analisa politik.
Hal itu sebenarnya berlandasakan kepada sistem sebagai suatu wadah yang akan
dihantam oleh “tuntutan” yang memaksa kelahiran suatu kebijakan baru (Output).
Sistem tersebut sekaligus akan memproses tuntutan itu dengan
sematang-matangnya, sebelum diambil keputusan besar sebagai kebijakan barusan.
Namun,
hal tersebut diatas sepertinya memberikan kuasa penuh (mutlak) terhadap aktor yang menjalankan sistem itu
sendiri. Sistem dalam hal ini, memang ditujukan untuk kestabilan di suatu
kelompok masa politik yang mengajukan suatu tuntutan dan melahirkan kebijakan
baru. Akan tetapi, hal tersebut pastinya akan melahirkan konflik. Sebagai
contoh: “kelompok A (masyarakat tidak mampu) mengajukan tuntutan untuk
menurunkan harga BBM. Sebagai hasilnya, munculah dua kebijakan baru yaitu harga
BBM yang turun dan kebijakan melarang kelompok B (masyarakat mampu) untuk
membelinya, karena dikhususkan untuk kelompok A yang tidak mampu barusan. Hal tersebut
akan melahirkan konflik apabila ada kelompok B yang merasa tidak nyaman degan
kebijakan tersebut dan masih membeli BBM yang dikhususkan untuk kelompok A
barusan. Jadi, berdasarkan penjabaran singkat kami diatas, kami dapat
menyimpulkan bahwa perspektif (sudut pandang) pemikiran politik Easton lebih
condong terhadap sesuatu yang mutlak dan bertentangan dengan sistem-sistem
lainya, serta lebih berat kepada teori belaka.
B. 2. Perspektif Gabriel Almond
Terhadap Sistem Politik
Perspektif
Almond tentang suatu sistem politik lebih bersifat practical (pelaksanaan
secara nyata) dalam meninjau sistem politik. Almond meninjau sistem politik
Negara lain dengan pendekatan structural - fungsional , dan menjadikan struktur dan fungsi
institusi sebagai suatu bagian integral (keseluruhanya) dari sistem politik
dunia. Pemikiran Almond lebih luas dibandingkan pemikiran Easton yang bersifat
mutlak diatas. Akan tetapi, pemikiran Easton juga sebenarnya baik apabila
dilengkapi oleh pemikiran Almond. Pendekatan struktural-fungsional sistem
disusun dari beberapa komponen kunci, termasuk kelompok kepentingan, partai
politik, lembaga eksekutif, legislatif, birokrasi, dan peradilan.
Dari
komponen kunci tersebut, kami dapat menggambarkan pemikiran Almond ke dalam
kehidupan politik sehari-hari. Kelompok kepentingan (interest group) adalah
masyarakat yang memiliki kepentingan kepada pemerintah. Kepentingan tersebut
disalurkan melalui pemimpin yang memimpin masyarakat, serta kemudian diproses
atau dikelola oleh lembaga eksekutif. Kemudian kepentingan masyarakat tersebut
diajukan kepada badan legislatif dan sekaligus mengasilkan suatu keputusan atau
kebijakan yang sah. Kebijakan tersebut akan diterapkan kedalam sistem
pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintahan (birokrasi), sehingga
akan menciptakan keadilan bagi masyarakat yang berkepentingan tersebut. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa pemikiran Almond lebih mengarah kepada hal-hal yang
langsung diterapkan (practical)
dengan landasan teori dan pendekatan terdahap sistem lainya yang ada di dunia.
C.
PENGURAIAN
SISTEM POLITIK EASTON DAN ALMOND, BERDASARKAN GAMBAR (CHART) UNTUK MENCARI KEHEBATAN FORMULASI MEREKA JIKA DIBANDINGKAN
KEDALAM TEORI PERBANDINGAN POLITIK
Perbandingan
politik (comparative politics)
mempelajari kegiatan-kegiatan politik dalam cakupan lebih luas, termasuk
mengenai pemerintahan dan berbagai lembaganya dan juga aneka organisasi yang
tidak secara langsung berhubungan dengan pemerintahan (antara lain adalah suku
bangsa, masyarakat, asosiasi-asosiasi, dan berbagai perserikatan )[2].
Dari penjelasan tentang teori perbandingan diatas, kita telah memperoleh
landasan agar upaya untuk mencari kehebatan formulasi pemikiran mereka terhadap
sistem politik ini lebih terarah.
C. 1. Pembahasan Chart Pemikiran
Easton

seperti
yang kita lihat, pada gambar disamping telah dijabarkan dengan jelas model
analisa Sistem Politik Easton. Dalam pemikiran Easton, Tuntutan di dampingi
oleh dukungan yang dilandasi dengan input (pendorong terjadinya tuntutan) yang
diproses kedalam Sistem Politik itu sendiri. Sistem politik tersebut
berinteraksi dengan lingkungan, yang dimana pada akhirnya menghasilkan
keputusan yang berakhir dengan kebijakan (output).
Namun, didalam suatu lingkungan, pasti ada kelompok pro dan kontra terhadap
output yang dikeluarkan, sehingga hal tersebut mengantarkan kepada hubungan
timbal balik yang penuh dengan konflik. Sehingga memaksa kelompok lainya
mengajukan tuntutan kembali, begitu seterusnya.
C. 2. Pembahasan Chart Pemikiran
Almond
Sebelum
kita membahas lebih mendalam, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu alur
pemikiran Almond yang di jelaskan kedalam Chart
berikut ini:

Diatas barusan sebagai
gambaran inti dari pendekatan yang diciptakan oleh Almond. Sedangkan, dalam
penjabaran berikut ini, kita akan membahas pemikiran Almond yang terdapat
kedalam chart diatas barusan. Dalam
sistem politik Almond, kedudukan pemerintah sangat vital, mulai dari membangun
dan mengoperasikan sistem pendidikan, sedangkan struktur harus dikaitkan dengan
fungsi, sehingga kita dapat memahami bagaimana fungsi berproses dalam
menghasilkan kebijakan dan kinerja.
Faktor budaya politik (political
culture) juga sebagai bagian penting dari sistem politik yang sangat
berkaitan erat dengan sejarah perjalanan suatu bangsa, oleh karena itu pendekatan struktural-fungsional dengan sejarah akan
melengkapi pemahaman kita akan sistem politik Indonesia yang sedang dipelajari. Sehingga struktur dan fungsi terkandung dalam
sistem politik sekarang: partai politik; kelompok kepentingan; lembaga
eksekutif, lembaga legislatif; jajaran birokrasi; dan lembaga pengadilan dapat
kita prediksi kecenderungannya di masa mendatang.
C. 3. Kehebatan Masing-Masing
Pemikiran Easton dan Almond Jika dibandingkan Kedalam Teori Perbandingan
Politik
Dalam
perbandingan politik, kita akan menemukan beberapa sub teori yang mendukung
teori perbandingan tersebut. Adapun sub teori tersebut adalah sebagai berikut[4]:
1.
Teori-Teori
Sistem
Kepustakaan teori-teori sistem dalam perbandingan
politik mulai mencuat diawal tahun 50-an. Ada 3 penulis yang dapat dikemukakan
sebagai wakil perintis dan pengembang teori-teori sistem ini. Pertama, David
Easton, yang bukunya berjudul The Political System dan sejumlah tulisannya yang
lain menandai lahirnya konsep sistem politik (political system) bersamaan
dengan konsep-konsep input dan output, tuntutan (demands) dan dukungan
(support) serta umpan balik; Kedua,
Gabriel Almond, yang banyak dipengaruhi antropolog fungsionaris A.R.
Radcliffe-Brown dan Bronislaw Malinowski, serta sosiolog Max Weber dan Talcott Parsons. Awalnya Almond
menawarkan suatu klasifikasi sederhana tentang sistem-sistem politik, yang
mencakup pula sistem-sistem politik di luar dunia Barat, dan negara-negara yang
baru merdeka. Ia kemudian bergabung dengan para spesialis perbandingan politik
dengan merumuskan kategori-kategori struktur dan fungsi, dan mengkaitkannya
dengan semua sistem politik yang ada di dunia. Selanjutnya Almond mengaitkan
pula konsepsinya tentang sistem dengan budaya dan pembangunan;
2.
Teori-teori
Budaya
Pendekatan kebudayaan dalam perbandingan politik
marak selama 1960-an, bertolak dari karya-karya tradisional tentang budaya
dalam antropologi, studi-studi tentang sosialisasi dan kelompok-kelompok kecil
dalam sosiologi, serta studi-studi tentang kepribadian dalam psikologi. Konsep
budaya politik dikatkan ke konsep negara, atau budaya-budaya nasional. Dalam
hal ini budaya politik dilihat sebagai penjelmaan kembali konsep lama karakter
nasional. Budaya politik juga berkaitan dengan sistem. Budaya politik terdiri
dari serangkaian keyakinan, simbol-simbol, dan nilai-nilai yang
melatarbelakangi situasi dimana suatu peristiwa politik terjadi.
3.
Teori-teori
Pembangunan
Pendekatan penting ketiga dalam kepustakaan
perbandingan politik adalah teori-teori pembangunan (developmental theories).
Perhatian terhadap pembangunan didorong oleh kemunculan negara-negara baru di
dunia ketiga. Almond memandang penting untuk mengaitkan gagasan-gagasannya
tentang hakikat sistem politik dan tentang budaya politik pembangunan
(political culture to development).
4.
Teori
– Teori Kelas
Sekitar pertengahan
1960-an, Komite Perbandingan Politik (Committee on Comparative Politics)
memutuskan untuk memberi perhatian kepada studi-studi tentang elite. Munculnya
para pemimpin kharismatik seperti Fidel Castro (Cuba), Kwame Nkrumah (Ghana),
Soekarno (Indonesia) melipatgandakan perlunya mempelajari sosok pemimpin
politik di dunia ketiga. Selain itu, kegagalan lembaga-lembaga politik standar seperti parlemen dalam
menciptakan stabilitas politik di berbagai negara di Asia, Afrika dan Amerika
Latin, kian menekankan pentingnya studi tentang elite.
Setelah kita mengetahui beberapa sub teori yang
berperan ke dalam upaya untuk membandingkan kehebatan pemikiran antara Easton
dan Almond diatas, kami disini akan menjabarkan perbandingan tersebut kedalam
satu tabel, agar mudah untuk dimengerti.
Pemikiran David Easton
|
Pemikiran Gabriel Almond
|
Dimensi Sistem:
lahirnya konsep sistem politik
(political system) bersamaan dengan konsep-konsep input dan output, tuntutan
(demands) dan dukungan (support) serta umpan balik.
Dimensi Pembangunan:
Tidak ada
ditemukan peran yang begitu dalam dari pemikiran Easton dalam teori
pembangunan. Namun jika cermati, pembangunan dalam versi Easton lebih
cenderung kepada upaya pengeluaran kebijakan baru dari hasil pengolahan
tuntutan kedalam suatu sistem. Jelas dibagian ini, Almond lebih unggul.
Dimensi Budaya:
Tidak ditemukan
juga dimensi kebudayaan kedalam sistem pemikiran Easton. Hal itu diperkuat
dengan sistem politik Easton yang hanya melihat permasalahan sistem politik internal.
Tidak membandingkan permasalahan tersebut dengan sistem politik luar.
Dibagian ini juga, jelas Almond juga unggul.
Dimensi Kelas:
Dalam dimensi
ini, kami juga tidak menemukan adanya pembahasan kelas tentang almond. Ini
diperkuat dengan analisa yang terdapat dalam materi yang dikirimkan lewat
email beberapa hari yang lalu, bahwa teori Easton memiliki banyak kelemahan.
Kelemahan yang berhubungan dengan adanya kelas ini di jelaskan bahwa, teori
Easton menolak setiap kejadian atau masukan dari luar yang akan mendistorsi
sistem. Dengan kata lain, pandangan
Easton menyarankan bahwa setiap sistem politik dapat diisolasi dari yang
lainnya. Lagi-lagi, Almond unggul di bagian ini.
|
Dimensi Sistem:
Almond menawarkan suatu klasifikasi
sederhana tentang sistem-sistem politik, yang mencakup pula sistem-sistem
politik di luar dunia Barat, dan negara-negara yang baru merdeka. Ia kemudian
bergabung dengan para spesialis perbandingan politik dengan merumuskan
kategori-kategori struktur dan fungsi, dan mengkaitkannya dengan semua sistem
politik yang ada di dunia.
Dimensi Pembangunan:
Almond
memandang penting untuk mengaitkan gagasan-gagasannya tentang hakikat sistem
politik dan tentang budaya politik pembangunan (political culture to development).
Dimensi Budaya:
Faktor budaya politik (political culture) juga sebagai
bagian penting dari sistem politik yang sangat berkaitan erat dengan sejarah
perjalanan suatu bangsa, oleh karena itu pendekatan
struktural-fungsional dengan sejarah akan melengkapi pemahaman kita akan
sistem politik Indonesia yang sedang dipelajari.
Dimensi Kelas:
Dalam sistem politik Almond, kedudukan
pemerintah sangat vital, mulai dari membangun dan mengoperasikan sistem
pendidikan, sedangkan struktur harus dikaitkan dengan fungsi, sehingga kita
dapat memahami bagaimana fungsi berproses dalam menghasilkan kebijakan dan
kinerja. Faktor budaya politik
(political culture) juga sebagai bagian penting dari sistem politik yang
sangat berkaitan erat dengan sejarah perjalanan suatu bangsa, oleh karena itu
pendekatan struktural-fungsional
dengan sejarah akan melengkapi pemahaman kita akan sistem politik Indonesia
yang sedang dipelajari. Sehingga
struktur dan fungsi terkandung dalam sistem politik sekarang: partai politik;
kelompok kepentingan; lembaga eksekutif, lembaga legislatif; jajaran birokrasi;
dan lembaga pengadilan dapat kita prediksi kecenderungannya di masa
mendatang.
|
(Tabel 2: Perbandingan
Kehebatan Pemikiran Easton dan Almond[5])
Dari perbandingan yang terdapat kedalam tabel 2
diatas, jelas kehebatan pemikiran Almond lebih menonjol dibandingkan pemikiran
Easton. Hal tersebut dikarenakan pemikiran Almond mencakup semua teori yang
terhubung dengan teori perbandingan politik, sedangkan pemikiran Easton tidak.
D. KAMI LEBIH
MEMIHAK GABRIEL ALMOND
Kami berdua memihak Almond dikarenakan Almond karena
pemikiran Almond mencakup semua teori yang terhubung dengan teori perbandingan
politik, sedangkan pemikiran Easton tidak. Hal tersebut juga sebagai kesadaran
kami, bahwa sistem politik Almond sebagai sistem politik yang menyempurnakan
pemikiran Easton. Tidak lepas juga, pemikiran Almond yang cenderung luas dengan
membandingan sistem politik dari lingkungan eksternal, misalnya sistem politik
Negara satu dengan lainya. Struktur pemerintahan juga tidak lepas dari
pemikiran Almond, serta penempatan srata kualitas yang ada, sesuai pada
tempatnya.
E.
MANFAAT YANG DI DAPATKAN KETIKA MEMAHAMI PEMIKIRAN
EASTON DAN ALMOND
Adapun manfaat yang akan didapat saat kita
(mahasiswa ilmu politik) memahami pemikiran kedua sesepuh ilmu politik Easton
dan Almond ini, sebenarnya lebih mengacu
kepada pemahaman kita tentang sistem politik. Saat kita memahami
pemikiran Easton yang cenderung memiliki sifat yang mutlak, kita akan
mengetahui bahwa kebijakan yang keluar dan memiliki kekuatan hukum itu tidak
serta-merta dikeluarkan begitu saja. Semua nya telah melalui tahapan atau
proses yang ada di dalam sistem politik yang mengeluarkan kebijakan (output) itu sendiri. Sedangkan manfaat
yang diperoleh saat memamhami pemikiran Almond lebih kompleks lagi. Semua aspek
di temukan kedalam pemikiran beliau, seperti kelas, budaya, sistem,
pembangunan,, semua dibahas tuntas dalam pemikiran Almond. Dampak baiknya bagi
kita yang merupakan mahasiswa/I ilmu politik adalah kita akan mengerti,
bagaimana kelas di dalam pemerintahan itu sebenarnya terbentuk karena adanya
perbedaan kualitas SDM. Wajar saja apabila seorang tamatan SMA menjadi mandor,
dan tamatan SD menjadi anak buah, sederhananya begitu.
[1]
Dalam usaha membandingakan pemikiran Easton dan Almond, digunakan dimensi
berikut ini: Polity diambil
dari dimensi formal politik, yaitu, struktur dari norma, bagaimana prosedur mengatur institusi mana yang semestinya ada
dalam politik. Kedua Politik, Politik dari dimensi procedural lebih mengarah pada proses membuat
keputusan, mengatasi konflik, dan mewujudkan tujuan dan kepentingan. Ketiga policy, dengan melihat substansi
dan cara pemecahan masalah berikut pemenuhan
tugas yang dicapai melalui sistem administratif, menghasilkan keputusan yang mengikat bagi semua
[2]
Teori Perbandingan Politik. Materi Teori Perbandingan Politik pertemuan pertama
pada Kuliah Digital yang di asuh oleh Bapak Ireng Maulana, MA.
[3]
QTmedia. KBBI. Versi Aplikasi Smarthphone Android
[4]
Dikutip dari Materi Teori Perbandingan Politik yang Diasuh Oleh Bapak Ireng
Maulana, MA. Pada pertemuan pertama. Materi ini dikirimkan ke email masing-masing
mahasiswa/I yang mengikuti Mata
Kuliah Teori Perbandingan Politik.
[5]
Dalam usaha mencari perbandingan yang menunjukan kehebatan pemikiran
masing-masing sesepuh ilmu
politik yaitu Easton dan Almond, kami menggunakan teori-teori yang berhubungan
dengan teori perbandingan politik.
Teori tersebut adalah: Teori sistem, Teori Kebudayaan, Teori Kelas dan Teori Pembangunan.